Ekspor minyak sawit Indonesia ke China anjlok hingga 48% pada Januari 2017 menjadi 316,75 ribu ton dibanding Desember 2016 sebesar 612.21 ribu ton. Penurunan drastis itu terjadi karena perubahan strategi perdagangan China.
Menurut Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan, China sedang gencar melakukan pembelian kedelai dari Argentina untuk mengisi stok di dalam negeri dan mengambil kesempatan sebelum harga kedelai naik. Diperkirakan, penurunan panen kedelai di Argentina akibat cuaca buruk. "Penurunan permintaan minyak sawit dari Indonesia juga dicatatkan oleh negara-negara Timur Tengah sebesar 29%, kemudian Amerika Serikat sebesar 21%," katanya dalam keterangan tertulis.
Penurunan ekspor minyak sawit di sejumlah negara juga terjadi seiring dengan penurunan produksi nasional. Kinerja produksi minyak sawit Indonesia mengalami penurunan signifikan hingga 9% dari angka 3,15 juta ton pada Desember 2016 menjadi 2,86 juta ton per Januari 2017. Padahal, secara total, pertumbuhan ekspor minyak sawit Indonesia mencatatkan kenaikan meski hanya 2% menjadi 2,84 juta ton dari 2,78 juta ton.
Berdasarkan data Gapki, stok minyak sawit Indonesia pada Desember 2016 diperkirakan hanya sekitar 1,07 juta ton. Sedangkan produksi minyak sawit Indonesia pada 2016 sekitar 34,5 juta ton yang terdiri atas 31,5 juta ton CPO dan 3 juta ton CPKO.
"Penurunan produksi terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Walaupun peningkatan ekspor bergerak tipis, hal itu tidak serta-merta stok minyak sawit menurun," ujarnya.
Menyikapi kondisi demikian, Gapki dan beberapa asosiasi terkait, seperti GIMNI, APROBI, AIMMI, APOLIN dan BPDPKS melakukan pengumpulan data dan survei lapangan selama dua bulan untuk merevisi stok dan produksi minyak sawit Indonesia.
Kendati produksi tidak tinggi, kata Fadhil, cadangan fisik di lapangan cukup banyak lantaran adanya limpahan stok dari akhir tahun 2015. Sepanjang Januari 2017, ungkap Fadhil, cadangan minyak sawit Indonesia sebanyak 2,86 juta ton. "Dari hasil tabulasi data, stok minyak sawit Indonesia pada akhir tahun 2016 sebanyak 3,75 juta ton, sedangkan produksi minyak sawit sebesar 35,57 juta ton," katanya.
Sementara kinerja ekspor CPO dan turunannya ke India dan negara-negara Afrika mengalami kenaikan cukup signifikan. Ekspor ke India naik sebesar 30% dibandingkan dengan Desember 2016. Dari 519,94 ribu ton naik jadi 676,17 juta ton pada Januari 2017.
Untuk ekspor ke negara-negara Afrika, kenaikan sebesar 88% atau dari 110,46 ribu ton pada Desember 2016, dan meningkat menjadi 207,98 ribu ton pada Januari 2017. Sementara kenaikan ekspor ke negara-negara Eropa sekitar 15%, Bangladesh sekitar 8%, dan Pakistan sekitar 6%.
Dari sisi harga, Fadhil menyebutkan, harga rata-rata CPO global bergerak di kisaran 785 dolar AS hingga 827,50 dolar AS per metrik ton dengan harga rata-rata 805,7 dolar AS per metrik ton. Harga masih tetap positif selama dua pekan di kisaran 790–820 dolar AS per metrik ton, tetapi harga merosot di bawah 750 dolar AS per metrik ton pada pekan ketiga hingga akhir bulan.
Sementara harga CPO pada dua pekan pertama Maret 2017 bergerak di kisaran 722,5–765 dolar AS per metrik ton. Dia memperkirakan, harga CPO global akan bergerak di kisaran 720–750 dolar AS per metrik ton hingga akhir bulan.(*)
Sumber: klik di sini
* Butuh riset pasar dan data industri, total ada 130 database, klik di sini
** Butuh database eksportir atau buyers di luar negeri, klik di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar