Membahas industri rokok di Indonesia, tentu sangat relevan. Bagaimana tidak, dengan populasi penduduk yang besar serta permintaan yang kuat, industri rokok tumbuh subur di negeri ini. Tapi di balik itu, persaingan bisnis di sektor ini cukup ketat.
PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), pemegang pangsa terbesar di industri rokok di Indonesia, membukukan kenaikan pangsa pasar menjadi 35% pada 2015 dari tahun sebelumnya 34,9%, menurut laporan keuangan Philip Morris International Inc, pemilik saham terbesar di HM Sampoerna. Kenaikan pangsa pasar tersebut ikut dipengaruhi peningkatan produksi perseroan serta peningkatan pangsa paar Dji Sam Soe.
Menurut laporan keuangan Philip Morris, produksi rokok perseroan di Indonesia naik tipis 0,1% menjadi 109,8 miliar batang periode 2015 dari tahun sebelumnya 109,6 miliar batang.
Sedangkan total produksi rokok secara nasional di Indonesia mencapai 314 miliar batang pada 2015. Volume tersebut stagnan dari periode tahun sebelumnya yang mencapai 314 miliar batang.
Pangsa pasar produk rokok HM Sampoerna sepanjang tahun lalu meningkat menjadi 35% dari sebelumnya 34,9%. Kenaikan itu ditopang peningkatan pangsa pasar produk Dji Sam Soe menjadi 7% dari tahun sebelumnya 6,3%.
Nilai pasar (market size) industri rokok di Indonesia pada 2015 diestimasi berkisar Rp 222,7 triliun – Rp 224,2 triliun, menurut data duniaindustri.com. Perhitungan nilai pasar industri rokok tersebut berdasarkan nilai volume penjualan dikali harga rata-rata dan mempertimbangkan penerimaan cukai negara.
Volume produksi rokok pada 2015 diperkirakan tumbuh tipis dibanding 2014, dari 314 miliar batang menjadi 315 miliar batang. Sementara konsumsi rokok di Indonesia meningkat rata-rata per tahun (CAGR) sebesar 6% periode 2008-2014. Harga rokok di Indonesia paling rendah di kawasan Asia Tenggara sebesar US$ 1,4 per pack rokok.
Saat ini jumlah perokok di Indonesia pada 2015 mencapai 62,7 juta jiwa dengan rasio 63% dari seluruh pria merupakan perokok, sedangkan 5% wanita merupakan perokok.
Sejak kuartal I 2007, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dengan dukungan Philip Morris merajai industri rokok nasional. Pada 2010, market share HM Sampoerna sebesar 30,9% dan pada 2015 sekitar 35,2%.
Padahal sejak 1989-2007, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mendominasi pasar dengan pangsa sekitar 28%-47%. Namun tahta market leader Gudang Garam harus diserahkan kepada HM Sampoerna pada 2007.
HM Sampoerna pemimpin pasar rokok di Indonesia memiliki merek produk yang kuat dan cenderung mendominasi pasar. HM Sampoerna merajai di segmen SKM 31%, SKT 39%, dan SPM 81% dengan portofolio produk yakni A Mild, Dji Sam Soe, Malboro, U mild, dan Sampoerna Kretek.(*)
Sumber: di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar