Sabtu, 16 Oktober 2021

Angkat Topi, Perusahaan RI Ini Market Leader Dunia dengan Pangsa 60%

Duniaindustri.com (Oktober 2021) – Indonesia memang menjadi ‘surga’ sumber daya alam. Lihat saja, perusahaan yang beroperasi di Indonesia telah menjadi market leader dunia dengan pangsa pasar sekitar 60%. Raihan yang cukup menakjubkan bukan.



Setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata perusahaan asal Indonesia itu mengembangan produk hilir minyak atsiri. Adalah PT. Indesso Aroma telah menjadi pemain ekspor produk industri hilir minyak atsiri berkelas dunia melalui cabang internasional yang beroperasi di Malaysia, Singapura, dan Tanzania (Afrika). Produsen hilir minyak atsiri ini mempunyai tiga pabrik pengolahan, yaitu di Purwokerto (first processing) serta di Cileungsi-Bogor dan Ungaran-Jawa Tengah (Second and further processing).

Perusahaan tersebut juga mempunyai perusahaan joint venture dengan Firmenich Swiss dalam memproduksi produk hilir flavor and fragrance, yang berlokasi di dekat pabrik Cileungsi. Dalam menjalankan operasionalnya, PT. Indesso Aroma mengedepankan mekanisme kemitraan bersama petani rakyat yang menjunjung tinggi aspek sustainability, equality, dan responsible collaboration.

Vice President of Research & Development Division PT. Indesso Aroma Leo Seno Broto menyampaikan, perusahaan yang berdiri sejak tahun 1968 sebagai pabrik distilasi minyak cengkeh sederhana ini telah menjadi pemimpin pasar di Asia Tenggara dalam industri Flavor & Fragrance (F&F) serta Food and Wellness Solutions.

“Saat ini, kami adalah pemimpin pasar global untuk produk turunan minyak cengkeh, yang menguasai market share 60%. Selain itu, kami telah melayani lebih dari 2.000 pelanggan di Indonesia dan ekspor ke lebih dari 50 negara,” ungkapnya saat menerima kunjungan kerja Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, akhir pekan lalu.

Leo menyampaikan, kinerja gemilang tersebut merupakan capaian perusahaan yang berfokus pada strategi bisnis yang konsisten dan berkelanjutan, dalam hal pengolahan sumber daya alam atsiri di Indonesia. “Jadi, kami fokus untuk memanfaatkan dan mengolah sumber daya alam kita yang kaya ini sebagai bahan baku menjadi beragam produk hilir yang bernilai tambah tinggi,” ujarnya.

Selain itu, dalam upaya meningkatkan nilai tambah, perusahaan fokus terhadap peningkatan inovasi. “Sehingga produk kami berdaya saing tinggi, karena kami fokus pada pemenuhan pasar ekspor. Sebanyak 90% produk kami diekspor, meliputi sekitar 45% pasar Amerika Serikat, sekitar 35% di Eropa, dan sisanya menyebar ke negara-negara lain,” sebutnya.

Leo menambahkan, perusahaan juga fokus terhadap upaya kepedulian lingkungan dan proses yang berkelanjutan. “Kami menginisiasi model bisnis yang tertelusur, transparan, dan adil, menghubungkan petani dengan end-user melalui kontrak mutual jangka panjang. Lebih dari 3.600 petani telah kami bina dengan melibatkan 20 partner dalam hal penyediaan bahan baku dengan mendukung konsep ekonomi sirkular,” tandasnya.

Bahan baku minyak atsiri yang digunakan PT. Indesso Aroma adalah minyak cengkeh, minyak daun cengkeh, minyak gagang cengkeh, dan minyak serai wangi. Sumber atsiri lainnya, yaitu minyak kakao, merica hitam, minyak jeruk purut, minyak sereh dapur, dan minyak jahe. PT. Indesso Aroma juga menjalin kemitraan dengan pekebun atsiri rakyat, yaitu menyerap produksi minyak atsiri (hasil penyulingan bagian tanaman atsiri) dengan kontrak pasokan atau kualitas tertentu termasuk melalukan pembinaan sustainable/traceability agar sesuai dengan standar pasar internasional.

Kementerian Perindustrian terus mendorong pengembangan sektor industri hilir minyak atsiri (IHMA) agar bisa lebih berdaya saing. Apalagi, Indonesia punya potensi ketersediaan bahan baku yang beragam, bahkan menjadi rumah bagi sekitar 40 jenis tanaman atsiri dari 99 jenis tanaman atsiri di dunia. Hal ini merupakan potensi bagi peningkatan nilai tambah ekonomi melalui industri pengolahan dalam negeri.

“Indonesia sebagai negara iklim tropis memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, sehingga bisa menjadi episentrum untuk pengembangan sektor IHMA. Masih ada peluang besar untuk memperluas usaha atau meningkatkan investasinya dalam rangka membuka banyak kesempatan lapangan kerja,” kata Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika saat melakukan kunjungan kerja di PT. Indesso Aroma, Cileungsi, Bogor, Jumat (15/10).

Plt. Dirjen Industri Agro mengemukakan, minyak atsiri telah digunakan sebagai bahan baku industri untuk bahan perasa (essence), perisa (flavor) dan wewangian (fragrance). Total produksi minyak atsiri utama Indonesia mencapai 8.500 ton pada tahun 2020.

Beberapa jenis minyak atsiri tropis Indonesia antara lain minyak cengkeh, sereh wangi, nilam, pala, akar wangi, dan kayu putih. “Selain itu, produk olahan minyak atsiri juga dipergunakan untuk bahan baku industri jamu dan fitofarmaka, seperti minyak jahe dan minyak adas. Seluruh jenis produk turunan minyak atsiri dipercaya mempunyai khasiat positif untuk kesehatan,” paparnya.

Putu menyampaikan bahwa pihaknya telah mengidentifikasi potensi nilai ekonomi yang besar dari sektor IHMA. Di sektor hilir, terdapat pemain besar global yang telah mengoperasikan pabrik olahan minyak atsiri. Di sektor hulu atau perkebunan, terdapat ratusan ribu petani atsiri yang menjadi pemasok bahan baku industri.

“Dengan demikian, rantai nilai hulu-hilir di sektor IHMA menjadi terintegrasi. Melalui rantai nilai hulu-hilir yang terintegrasi ini, akan tercipta nilai ekonomi yang harmonis, termasuk berperan dalam membangkitan ekonomi rakyat di pedesaan melalui program kemitraan industri,” tuturnya.

Putu menyatakan, kunci pengembangan sektor IHMA agar bisa lebih berdaya saing antara lain melalui riset dan inovasi, formulasi produk, serta memanfaatkan teknologi terkini dalam produksi untuk menghasilkan aneka produk hilir yang bernilai tambah tinggi.

“Upaya tersebut perlu didukung dengan fasilitas riset yang memadai, SDM kompeten, dan kemampuan capturing and delivering value to market yang kuat, sehingga Indonesia menjadi produsen berbagai produk turunan minyak atsiri berskala dunia,” imbuhnya.

Putu menambahkan, perlunya pemberian materi pelajaran di bangku sekolah terkait pengenalan tanaman atsiri, proses produksi minyak atsiri, dan produk-produk hilir minyak atsiri, karena produk hilir olahan minyak atsiri kerap digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

“Contohnya adalah parfum, sabun mandi, pasta gigi, bumbu mi instan, produk makanan dan minuman, hingga kosmetik itu mengandung minyak atsiri. Jadi, sering kita tidak sadari, mulai bangun sampai tidur lagi, kita jumpai produk olahan minyak atsiri tersebut,” sebutnya.

Oleh karena itu, melalui program edukasi mengenai potensi budidaya bahan baku dan peluang bisnis di sektor IHMA ini, Indonesia akan bisa menumbuhkan lebih banyak produsen olahan minyak atsiri yang andal di kancah global. “Perlu sosialisasi atau kampanye yang masif sehingga produk olahan minyak atsiri bisa menjadi tren gaya hidup di tengah masyarakat seperti produk olahan kopi,” tandasnya.

Langkah maju

Pada kesempatan tersebut, Plt. Dirjen Industri Agro menyaksikan berbagai langkah maju pengolahan minyak cengkeh dan minyak serai wangi menjadi aneka produk perasa, perisa, dan wewangian di PT. Indesso Aroma. Pengembangan riset inovasi produk hilir didukung oleh kegiatan R&D yang inovatif, kontinyu, dan berkualitas menyesuaikan dinamika tren konsumen global yang cenderung menghendaki kualitas tinggi, daur hidup yang pendek, namun tetap mengedepankan aspek keberlanjutan, ramah lingkungan, serta tanggung jawab sosial yang tinggi.

Plt Dirjen Industri Agro, Putu Juli Ardika mengapresiasi PT. Indesso Aroma yang telah secara konsisten melakukan upaya riset inovasi pengembangan produk perasa, perisa dan wewangian, dan produknya telah diekspor ke berbagai belahan negara di dunia. “Kemenperin telah memasukkan sektor IHMA sebagai kelompok industri pionir yang dapat memenfaatkan fasilitas perpajakan antara lain Super Deduction Tax Litbang dan Tax Allowance (pengurangan PPh Badan),” ujarnya.

Putu berharap agar PT. Indesso Aroma senantiasa menambah jumlah ragam aneka produk hilir atsiri sebagai indikator kemajuan kegiatan operasional industri yang terintegrasi dengan aktivitas riset inovatif untuk tetap menjadi pemain global sektor IHMA.

Oleh karena itu, Kemenperin mendorong terjadinya kolaborasi perusahaan besar, dengan Balai Riset dan/atau lembaga penelitian dalam bentuk Flavour and Fragrances House (FFH). Konsep FFH merupakan cikal bakal center of excellence hilirisasi minyak atsiri, sehingga ekspor minyak atsiri akan didominasi produk hilir dan menggeser ekspor bahan mentah.

“Kemenperin telah menyiapkan beberapa unit jasa industri seperti Balai Besar Kimia dan Kemasan (BBKK) Jakarta dan Baristand Padang, sebagai calon counterpart FFH, yang dapat digandeng perusahaan IHMA nasional,” tandasnya.

Kemenperin pun mengharapkan terjadinya sinergi dan kemitraan perusahaan besar IHMA dengan petani rakyat, tidak hanya sebagai sumber pasokan bahan baku saja, tetapi juga mengajarkan best practice perkebunan tanaman atsiri sehingga tercipta perbaikan kualitas yang paripurna dari hulu sampai hilir.

Terkait dengan operasional industri di saat masa pandemi, Plt. Dirjen Industri Agro memberikan apresiasi kepada PT. Indesso Aroma yang telah mematuhi ketentuan tentang Izin Operasional Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI) sesuai Surat Edaran Menteri Perindustrian Nomor 5 Tahun 2021. Kemenperin juga mengapresiasi vaksinasi bagi pegawai kantor dan lini produksi sehingga dapat mengurangi terjadinya klaster persebaran Covid-19 di Industri.

“Industri Essence, Flavor, and Fragrance sebagai pendukung industri makanan dan minuman harus dijaga keberlanjutan operasionalnya agar kinerja sektor tersebut tetap maksimal dan memberikan pasokan pangan modern bagi pasar domestik dan ekspor, khususnya di era pandemi ini,” pungkasnya.(*/tim redaksi 08/Safarudin/Indra)

Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:

Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 239 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini

Database Riset Data Spesifik Lainnya:

  • Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 239 database, klik di sini
  • Butuh 25 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
  • Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
  • Butuh 11 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
  • Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
  • Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
  • Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
  • Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
  • Butuh copywriter specialist, klik di sini
  • Butuh content provider (online branding), klik di sini
  • Butuh market report dan market research, klik di sini
  • Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
  • Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customize direktori database perusahaan, klik di sini


Tidak ada komentar:

Posting Komentar