Duniaindustri.com (Maret 2022) – Pemerintah menyatakan akan terus mengakselerasi pemulihan ekonomi dengan memanfaatkan anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2022 sebesar Rp455,62 triliun. Anggaran itu sebagian akan digunakan untuk pemberian insentif fiskal dengan perpanjangan subsidi bunga KUR (Kredit Usaha Rakyat) sebesar 3 persen.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan pemerintah juga akan memperpanjang insentif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP) untuk jenis otomotif tertentu. Diharapkan dengan optimalisasi kebijakan ini bisa mempercepat pemulihan ekonomi.
"Guna mengakselerasi pemulihan sejak awal tahun 2022, Pemerintah menjalankan kebijakan front loading melalui program-program PEN," kata Airlangga dalam keterangannya, Senin (28/3).
Selain itu, lanjut Airlangga, pemerintah juga memperpanjang insentif PPN DTP Perumahan, Perluasan Bantuan Tunai PKL, Warung dan Nelayan (BT-PKLWN) di 212 kabupaten/kota prioritas pengentasan kemiskinan ekstrem, serta percepatan penyaluran berbagai perlinsos, seperti PKH, Kartu Sembako dan Kartu Prakerja.
Dijelaskan Airlangga bahwa keberhasilan pemerintah untuk mendorong pemulihan ekonomi terlihat dari Indek Keyakinan Konsumen di level optimis 113,10 pada Februari 2022. Sementara pertumbuhan impor bahan baku tercatat sebesar 29,98 persen (yoy) dan barang modal sebesar 20,98 persen (yoy) di Februari 2022. Sedangkan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur di level ekspansif yaitu 51,2 per Febuari 2022.
"Dengan anggaran PEN ini kita akan arahkan untuk mendorong pemulihan di berbagai sektor dengan tetap mengedepankan keseimbangan antara kesehatan dan ekonomi," katanya.
Kritik Kenaikan PPN
Sementara itu, Achmad Nur Hidayat, CEO Narasi Institute dan Pakar Kebijakan Publik, mengkritik kebijakan menaikkan PPN dari 10 persen menjadi 11 persen pada 1 April 2022 nanti. “Ide tersebut adalah ide buruk yang tidak tepat karena daya beli masyarakat masih rendah. Saat daya beli masih terpukul seharusnya pemerintah mendukung belanja publik bukan malah mengerem belanja rumah tangga. Menaikkan PPN menjadi 11 persen akan mengerem belanja rumah tangga,” ujarnya.
Menurut dia, pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih di bawah normal dari pra-COVID. Sebelum COVID konsumsi rumah tangga bisa mencapai 5.04 persen. Saat COVID ini, Pertumbuhan konsumsi rumah tangga 2.02 persen di 2021 dan 2,63 persen di 2020. “Ini bukti daya beli yang rendah dari publik khususnya sektor rumah tangga,” jelasnya.
Dia menilai kenaikan PPN 11 persen akan menghambat potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Indonesia butuh pertumbuhan 5,2 persen di tahun 2022, kenaikan pajak PPN menjadi 11 persen akan menambah berat target pertumbuhan ekonomi 5,2 persen tersebut.
“Bila Indonesia mau konsisten mengundang investor, Indonesia harus berada dalam rezim low-rate tax. Musuhnya investor adalah pajak termasuk PPN dan PPH. Bila pajaknya tinggi maka Investor akan enggan berinvestasi di Indonesia. PPN tinggi akan mengurangi volume penjualan sektor bisnis sehingga para pebisnis dan investor tidak menyukai ide tersebut,” katanya.
Dia menambahkan, Indonesia harus mempertahankan low tax rate bukan malah menaikannya termasuk naik PPN 11 persen. Tindakan menaikan PPN 11 persen tidak konsisten dengan keinginan Indonesia untuk mengundang investor. Indonesia harusnya menggunakan strategi low tax rate sebagai strategi nasional mengundang investor.
Kenaikan PPN 11 persen, lanjut dia, akan membuat Indonesia tidak menarik bagi investasi. Hal ini dimanfaatkan dengan baik oleh Vietnam. Menteri Keuangan Vietnam Mr Ho Duc Phoc mengeluarkan kebijakan yang jauh lebih smart yaitu memangkas tarif PPN dari 10 persen menjadi 8 persen. Dalam keterangannya Pemerintah Vietnam lebih memilih menurunkan tarif PPN daripada pengurangan pajak penghasilan karena pemotongan PPN akan membantu semua bisnis, bukan hanya mereka yang melaporkan keuntungan. Kebijakan tersebut sudah berlaku sejak 1 Februari 2022.
“Tujuan pemangkasan PPN Vietnam menjadi 8 persen adalah untuk mendorong pertumbuhan di seluruh sektor bisnis. Penurunan tarif PPN dari 10% menjadi 8% sangat membantu bisnis dan rumah tangga,” ucapnya.
Dia menjelaskan kenaikan tarif PPN 11 persen akan berdampak ke inflasi karena PPN melibatkan seluruh lini rumah tangga dan bisnis. “Naiknya 1 persen PPN akan mendorong inflasi naik 0,3 ppt-0,5 ppt (0,3-0,5%) berdasarkan simulasi,” pungkasnya.(*/berbagai sumber/tim redaksi 09/Safarudin/Indra)
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 250 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di siniDatabase Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 250 database, klik di sini
- Butuh 25 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 11 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customize direktori database perusahaan, klik di sini
Duniaindustri Line Up:
detektif industri pencarian data spesifik
[caption id="attachment_9784" align="alignnone" width="336"] Market Outlook Consumer Goods di Indonesia 2013-2024 (Market Growth and Channel Distribution Trend)[/caption][caption id="attachment_9749" align="alignnone" width="342"] Riset Data Spesifik Industri Frozen Food 2013-2024 (Market Share Top 10 Player Frozen Food Bakso dan Brand Profile)[/caption]Portofolio lainnya:
[caption id="attachment_9118" align="alignnone" width="523"] Buku "Rahasia Sukses Marketing, Direktori 2.552 Perusahaan Industri"[/caption]Atau simak video berikut ini:
https://youtu.be/wAxS2LsxU2U
Contoh testimoni hasil survei daerah:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar