Industri perkebunan kelapa sawit Indonesia memiliki peranan penting 
di dunia mengingat negeri ini merupakan produsen dan eksportir minyak 
sawit mentah (crude palm oil/CPO) terbesar di dunia. Untuk mengetahui 
seluk-beluk industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia, 
duniaindustri.com menghimpun sedikitnya 
16 riset dan data industri perkebunan kelapa sawit.
Mari simak ulasannya di bawah ini:
1) 
Riset Eksklusif dan Data Industri Minyak Goreng Sawit (Tren Persaingan Market Leader)
2) 
Riset Tren Produksi Oleokimia dan Biodiesel 2011-2017
3) 
Data Outlook Industri Oleokimia dan Biodiesel 2015-2016
4) 
Outlook Industri CPO 2016
5) 
Data Investasi, Insentif, serta Kawasan Ekonomi Khusus Perkebunan Sawit 2010-2015
6) 
Data Luas Lahan Sawit, Produksi, serta Ekspor CPO 2009-2015
7) 
Data Hilirisasi Industri Sawit, dari Regulasi hingga Persebaran Investasi
8) 
Data Perkebunan Sawit dan Produsen Hilir Terbesar Dunia
9) 
Data Outlook Pasar Minyak Nabati China
10) 
Data Perubahan Iklim Terkait Sektor Perkebunan di Indonesia
11) 
Data Strategi Pengembangan Sawit dan Batubara di Indonesia
12) 
Data Tren Harga dan Produksi Minyak Nabati Utama
13) 
Data Keseimbangan Pasokan-Kebutuhan Sawit dan Dampaknya ke Harga
14) 
Data Komprehensif Industri Biofuels dan Produk Hilir CPO
15) 
Data Peranan Industri Sawit sebagai Penghasil Devisa Ekspor
16) 
Data Volume dan Nilai Ekspor CPO, Tarif Bea Keluar, HPE
Berikut ini uraian singkat dari masing-masing data di atas:
1) Riset Eksklusif dan Data Industri Minyak Goreng Sawit 2005-2015 ini
 menampilkan riset eksklusif, data, analisis, dan outlook industri 
minyak goreng sawit di Indonesia, dari mulai tren produksi, tren 
investasi, peningkatan kapasitas produksi, para pemain besar, persebaran
 lokasi pabrik, tren market leader (pemimpin pasar berdasarkan merek dan
 berdasarkan kapasitas produksi), serta berbagai informasi lain seperti 
regulasi dan target 2030.
Di halaman 7 dipaparkan dalam
 chart tentang peta penyebaran pabrik minyak goreng di Indonesia. 
Sumatera Utara menjadi daerah dengan populasi pabrik minyak goreng 
terbesar di Indonesia, mencakup 30,46% dari total jumlah pabrik minyak 
goreng di negeri ini. Disusul Riau dengan 24,83%.
Pada
 halaman 8, dipaparkan tren produksi minyak sawit goreng yang tumbuh 80%
 dari 2011 ke 2014. Data tersebut dilengkapi dengan tren investasi, tren
 pertumbuhan produksi, konsumsi, serta ekspor minyak goreng sawit 
periode 2011-2017 (estimasi) pada halaman (9-10).
Duniaindustri.com membuat 
riset eksklusif terkait
 pangsa pasar produsen minyak goreng sawit berdasarkan kapasitas 
terpasang untuk periode 2013 dan 2015, lengkap dengan masing-masing 
kapasitas 5 pemain terbesar (halaman 11-13). Sementara pada halaman 
14-15, duniaindustri.com membuat riset eksklusif terkait tren perubahan 
pangsa pasar merek minyak goreng periode 2005-2015.(*)
2) Riset Tren Produksi Oleokimia dan Biodiesel 2011-2017 ini
 menampilkan data, analisis, dan outlook industri oleokimia (fatty acid,
 fatty alcohol, minyak goreng) serta biodiesel di Indonesia, dari mulai 
tren produksi, tren investasi, peningkatan kapasitas produksi, para 
pemain besar, persebaran lokasi pabrik, tren ekspor, impor, serapan 
tenaga kerja, serta berbagai informasi lain seperti regulasi dan target 
2030.
Riset ini dimulai dengan tren kenaikan kapasitas 
produksi yang signifikan pada empat industri, yakni refinery 
(fraksionasi) atau minyak goreng, fatty acid, fatty alcohol, dan methyl 
ester (biodiesel). (halaman 2)
Pada
 2014 dan 2015 terjadi peningkatan investasi yang signifikan di industri
 oleokimia dan biodiesel hingga Rp 24 triliun yang mendorong kapasitas 
produksi nasional tumbuh rata-rata 55% (minyak goreng 80%, fatty acid 
47%, fatty alcohol 85%, dan methyl ester atau biodiesel 66%). 
Duniaindustri.com secara eksklusif membuat riset tren produksi stearic 
acid, glycerine, fatty acid, dan fatty alcohol dari 1995-2016. (halaman 
3)
Data tersebut kemudian dianalisis lebih mendalam 
pada halaman 4. Demikian juga pada halaman 5 dibuat riset khusus terkait
 tren produksi biodiesel di Indonesia periode 2011-2016.
Untuk memperkuat riset tersebut, 
duniaindustri.com menampilkan
 persebaran kapasitas produksi industri oleokimia di Indonesia, terutama
 untuk produksi fatty acid, fatty alcohol, dan produk akhir. Fokus 
persebaran industri oleokimia didominasi di Sumatera Utara. Total 
kapasitas industri oleokimia di Indonesia mencapai 1,599 juta ton per 
tahun. Terdapat 9 pemain besar di antaranya PT Musim Mas dengan 
kapasitas 450 ribu ton per tahun, PT Ecogreen 419 ribu ton per tahun, PT
 Wilmar Nabati Indonesia 132 ribu ton per tahun, lengkap dengan peta 
lokasi masing-masing pabrik perusahaan tersebut.(*)
3) Data Outlook Industri Oleokimia dan Biodiesel 2015-2016 ini
 menampilkan persebaran kapasitas produksi industri oleokimia di 
Indonesia, terutama untuk produksi fatty acid, fatty alcohol, dan produk
 akhir. Fokus persebaran industri oleokimia didominasi di Sumatera 
Utara. Total kapasitas industri oleokimia di Indonesia mencapai 1,599 
juta ton per tahun. Terdapat 9 pemain besar di antaranya PT Musim Mas 
dengan kapasitas 450 ribu ton per tahun, PT Ecogreen 419 ribu ton per 
tahun, PT Wilmar Nabati Indonesia 132 ribu ton per tahun, lengkap dengan
 peta lokasi masing-masing pabrik perusahaan tersebut.
Data ini
 juga menjabarkan peta persebaran industri biodiesel Indonesia periode 
2014-2016. Pada 2014, total kapasitas industri biodiesel di Indonesia 
mencapai 4,99 juta ton atau setara 5,67 juta kiloliter, dengan perincian
 Riau dan Kepri 2,61 juta ton, Jawa Bagian Timur 1,57 juta ton, Jawa 
Bagian Barat 364 ribu ton, dan daerah lain-lain 233 ribu ton. Terdapat 
17 pemain skala besar di antaranya PT Wilmar Bioenergy Indonesia di Riau
 dengan kapasitas 1,3 juta ton per tahun, PT Musim Mas di Medan dengan 
kapasitas 235 ribu ton per tahun, PT Eterindo Whanatama Gresik dengan 
kapasitas 80 ribu ton per tahun, PT Wilmar Nabati Indonesia di Gresik 
(1,3 juta ton per tahun), PT Sumi Asih Oleochem di Bekasi (100 ribu ton 
per tahun), PT Darmex Biofuels di Cikarang (150 ribu ton per tahun), dan
 lainnya, lengkap dengan peta lokasi masing-masing pabrik.
Pada
 2015, terjadi penambahan kapasitas biodiesel sebesar 2,32 juta ton per 
tahun sehingga total kapasitas nasional naik menjadi 7,32 juta ton. 
Terdapat 11 pemain skala besar yang melakukan penambahan kapasitas pada 
2015 antara lain PT Oleokimia Sejahtera Mas di Dumai dengan kapasitas 
500 ribu ton per tahun, PT Darmex Biofuels di Dumai sebesar 410.500 ribu
 ton per tahun, PT Indo Biofuels Energy di Kalbar (100 ribu ton/tahun), 
PT Permata Hijau Palm Oleo di Medan (140 ribu ton/tahun), PT Nusa Energy
 di Kaltim (100 ribu ton/tahun), PT Bits Energy di Kaltim (100 ribu 
ton/tahun), PT Multi Biofuel Indonesia di Sulut (160 ribu ton/tahun). 
(*)
4) Outlook Industri CPO 2016 menampilkan
 proyeksi produksi CPO Indonesia sebagai produsen terbesar di dunia pada
 2016. Produksi CPO Indonesia pada 2016 diestimasi mencapai 35 juta ton,
 tumbuh 9,3% dibanding proyeksi tahun ini 32 juta ton, menurut data 
United State Department of Agriculture (USDA). Kenaikan tersebut akan 
mendorong peningkatan produksi CPO global sebesar 5,96% menjadi 65,1 
juta ton pada 2016 dibanding proyeksi tahun ini 61,44 juta ton.
Dengan
 demikian, produksi CPO Indonesia tahun depan diperkirakan menyumbang 
53,7% dari total produksi CPO global. Sementara Malaysia, produsen CPO 
terbesar kedua setelah Indonesia, diperkirakan memproduksi CPO sebanyak 
21 juta ton pada 2016, dengan kontribusi 32,25% terhadap pasar global.
Selain
 itu, ditampilkan data proyeksi harga CPO dunia pada 2016, pengaruh 
El-Nino dan sentimen program biodiesel. Serta, dampaknya terhadap 
perkembangan ekspor dan tren permintaan global.
Juga 
ditampilkan cakupan lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dengan 
komposisi provinsi terbesar berdasarkan kebun sawit. Luas lahan kebun 
kelapa sawit di Indonesia pada 2015 diperkirakan mencapai 11,4 juta 
hektare, dengan komposisi 5,9 juta hektare lahan swasta, 4,7 juta 
hektare lahan rakyat, dan 0,8 juta hektare lahan BUMN.
Di
 sisi lain, ditampilkan juga tren investasi di sektor hulu dan sektor 
hilir industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia dalam lima tahun 
terakhir, insentif investasi yang disiapkan pemerintah, serta proyeksi 
tren ke depan. Tidak ketinggalan, dipaparkan kawasan industri khusus 
industri kelapa sawit yang sedang dibangun pemerintah, target 2030, dan 
tren mata rantai industri sawit modern.
Data sebanyak
 21 halaman ini berasal dari berbagai sumber antara lain regulator di 
Indonesia, BPS, BKPM, kementerian terkait, serta asosiasi industri, 
diolah 
duniaindustri.com.(*)
5) Data Investasi, Insentif, serta Kawasan Ekonomi Khusus Perkebunan Sawit 2010-2015 ini
 menampilkan realisasi investasi perkebunan kelapa sawit di Indonesia 
2010-2015, baik PMA maupun PMDN, tren yang terjadi, serta dampaknya 
terhadap produksi CPO nasional. Selain itu, dijabarkan insentif dan 
posisi investasi perkebunan sawit dalam prioritas pemerintah.
Rata-rata
 pertumbuhan realisasi PMA industri minyak sawit dalam 5 (lima) tahun 
terakhir sebesar 140%, sedangkan perkebunan kelapa sawit sebesar 15%. 
Rata-rata pertumbuhan realisasi PMDN industri minyak sawit dalam 5 
(lima) tahun terakhir sebesar 145%, sedangkan perkebunan kelapa sawit 
sebesar 1,3%.
Untuk menopang pertumbuhan investasi, 
pemerintah akan membangun 8 kawasan ekonomi khusus di industri 
pengolahan kelapa sawit. Delapan KEK itu tersebut di Maloy Batuta 
(557,34 hektare), Palu, Bitung, Morotai, Sei Mangkei, Tanjung Lesung, 
dan Mandalika. Serta diulas bagaimana upaya pemerintah untuk 
menyederhanakan perizinan di sektor perkebunan kelapa sawit.
Data berjumlah
 12 halaman ini berguna bagi investor, pemodal kelapa sawit, marketing, 
peneliti dan periset, akademisi, praktisi, dan regulator. Data ini 
berasal dari asosiasi industri, BKPM, BPS, dan diolah duniaindustri.com.
 (*)
6) Data Luas Lahan Sawit, Produksi, serta Ekspor CPO 2009-2015 ini
 menampilkan luas lahan perkebunan sawit tahun 2014 sebesar 10,9 juta 
hektare. Riau, Sumatera Utara, dan Kalimantan merupakan provinsi dengan 
lahan sawit terluas. Sekitar 51,6% dari 10,9 juta hektar lahan sawit di 
Indonesia dimiliki oleh perusahaan perkebunan swasta (besar), dan 41.5% 
dimiliki oleh perkebunan rakyat.
Produktivitas CPO 
perkebunan rakyat dan BUMN menunjukkan tren penurunan dari tahun 
2009-2014, sementara perusahaan perkebunan swasta justru meningkat. 
Produktivitas CPO perkebunan rakyat juga 20% lebih rendah dibandingkan 
perusahaan swasta.
Produktivitas CPO rakyat pada tahun 
2014 hanya sebesar 2,3 ton/ha, atau 20% di bawah produktivitas CPO 
perusahaan perkebunan swasta. Dengan asumsi harga CPO sebesar US$ 
550/ton, peningkatan produktivitas CPO rakyat dari 2,3 ton/ha menjadi 
2,9 ton/ha akan memberikan tambahan kesejahteraan sebesar US$ 1 milyar 
kepada seluruh petani.
Selain itu, data ini menampilkan
 kondisi perekonomian Indonesia 2015, mata utang rupiah yang melemah 
terhadap dolar AS, posisi utang luar negeri Indonesia, perbedaan krisis 
ekonomi 1997 dengan kondisi saat ini. Data ini diperoleh dari sumber 
terkemuka, regulator, BPS, diolah 
duniaindustri.com. (*)
7) Data Hilirisasi Industri Sawit, dari Regulasi hingga Persebaran Investasi ini
 menampilkan luas area kebun sawit di Indonesia 2011-2015, produksi CPO 
nasional 2011-2015, serta produktivitas kebun rakyat. Selain itu, 
ditampilkan juga pohon industri pengolahan CPO, baik yang sudah 
diproduksi di Indonesia maupun belum diproduksi. Juga dipaparkan 
peningkatan nilai tambah dari CPO, CPKO, minyak goreng, margarine, 
biodiesel FAME, confectionaries, fatty acid, fatty alcohol, surfaktan, 
kosmetik. Serta dijelaskan skema pemberian insentif investasi di sektor 
ini, seperti tax allowance, tax holiday, pembebasan bea masuk mesin, 
restrukturisasi bea keluar, dan lainnya. Dampak dari program hilirisasi;
 ragam Produk Hilir pada Tahun 2011 hanya 54 Jenis, berkembang menjadi 
149 jenis pada awal tahun 2014 dan diperkirakan meningkat menjadi 169 
jenis pada Tahun 2015. Juga ditampilkan persebaran investasi di industri
 oleokimia (masing-masing perusahaan dan kapasitasnya), industri 
biodiesel, serta proyeksi tambahan kapasitas biodiesel hingga 2015.
Sebaran
 investasi industri oleokimia antara lain PT Musim Mas, PT Soci Mas, PT 
Domba Mas, PT Flora Sawita, PT Sumi Asih, PT Ecogreen, PT Wilmar Nabati.
 Sementara sebaran investasi industri biodiesel antara lain PT Darmex 
Biofuels, PT Nusa Energy, PT Indo Biofuels Energy, PT Bits Energy, PT 
Multi Biofuels, PT Permata Hijau Palm Oleo, PT Oleokimia Sejahtera Mas, 
dan PT Wilmar Bioenergy Indonesia. Data berjumlah 18 halaman ini berasal
 dari Kementerian Perindustrian, Asosiasi Produsen Biodiesel Indonesia, 
Asosiasi Produsen Oleokimia, Gapki serta sejumlah produsen CPO terbesar 
di Indonesia. (*)
8) Data Perkebunan Sawit dan Produsen Hilir Terbesar Dunia ini
 menampilkan sejak 2012 Indonesia menjadi produsen minyak sawit mentah 
(crude palm oil/CPO) terbesar dunia dan ditargetkan pada 2030 Indonesia 
menjadi produsen terbesar dunia untuk oleofood, bio-oleokimia, 
bio-energi, bio-lubricant, bio-surfactant, bio-detergent. Juga, 
ditampilkan tren data produksi CPO Indonesia sejak 1980-2012/2013, 
dengan dukungan jumlah perusahaan perkebunan sawit mencapai 1.320 
perusahaan, 74 industri minyak goreng, 46 industri margarin shortening, 
44 industri detergen dan sabun, 37 industri oleokimia, dan 20 industri 
biodiesel. Dengan devisa ekspor yang besar mencapai US$ 21,3 miliar pada
 2012, penerimaan negara dari bea keluar juga terus meningkat menjadi Rp
 79,4 triliun di 2012. Pangsa pasar CPO Indonesia di dunia juga terus 
naik dari 22% pada 1990, menjadi 30% pada 2000, dan 48% pada 2010. 
Selain itu, dipaparkan data perbandingan produktivitas minyak nabati di 
dunia dengan keunggulan CPO sebesar 4,27 ton/hektare. Data sebanyak 38 
halaman ini berasal dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia 
(Gapki) dan diolah 
duniaindustri.com. (*)
9) Data Outlook Pasar Minyak Nabati China ini
 menampilkan impor soybean China terus meningkat dari 10.000 ribu ton 
pada 1996 menjadi 65.000 ribu ton pada 2013/2014. China mulai defisit 
soybean sejak 2003 karena produksi domestiknya tidak mencukupi 
kebutuhan. Impor soybean China terus meningkat seperti kereta yang sulit
 berhenti. Juga ditampilkan komposisi impor soybean China yang dilakukan
 BUMN, swasta, dan perusahaan multinasional. Selain itu, dipaparkan 
impor palm oil China dari sejumlah negara, terutama Indonesia. Impor 
China untuk komoditas olein, stearin, dan PKO asal Indonesia 
masing-masing sebesar 63%, 47%, dan 30%. Juga ditunjukkan tren impor 
bulanan China untuk komoditas olein periode 2008-2013. Jumlah impor palm
 oil China pada 2011/2012 mencapai 5.859 ribu ton, naik menjadi 6.589 
ribu ton pada 2012/2013, dan diprediksi naik lagi menjadi 6.600 ribu ton
 pada 2013/2014. 
Data sebanyak 25 halaman ini berasal dari makalah Jeffery (Jianfei) XU, Dongling Grain & Oil Co Ltd dan diolah 
duniaindustri.com. (*)
10) Data Perubahan Iklim Terkait Sektor Perkebunan di Indonesia ini
 menampilkan teori perubahan iklim (climate change) termasuk peningkatan
 emisi karbon di Indonesia, yang salah satunya disebabkan deforestasi 
sekitar 13 juta hektare per tahun. Meski demikian, sektor perkebunan di 
Indonesia mampu menghasilkan biodiesel sebagai salah satu alternatif 
bahan bakar yang dapat diperbaharui. Data sebanyak 56 halaman ini 
berasal dari makalah Dr. Edvin Aldrian APU, Director of the Center for 
Climate Change and Air Quality Meteorology Climatology and Geophysics 
Agency (BMKG) IPCC Working Group 1 AR 5 Lead Author dan diolah 
duniaindustri.com. (*)
11) Data Strategi Pengembangan Sawit dan Batubara di Indonesia ini
 menampilkan strategi pengembangan dua komoditas utama Indonesia, yakni 
kelapa sawit dan batubara, dikaitkan dengan Masterplan Percepatan dan 
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Di antaranya 
ditampilkan tulang punggung pengembangan industri minyak sawit mentah 
(CPO) di empat daerah, yakni Sei Mangkei, Dumai, Kalimantan Barat, dan 
Kalimantan Timur. Pengembangan industri hilir CPO di Sei Mankei karena 
PT Unilever Indonesia dan Ferrostaal telah berinvestasi US$ 1 miliar. 
Sedangkan pengembangan industri batubara diarahkan ke Sumatera Selatan 
yang menyimpan 39% dari cadangan batubara nasional, sekitar 18,13 miliar
 ton. Selain itu, ditampilkan 56 proyek MP3EI senilai US$ 29 miliar yang
 diperinci per proyek, skema pendanaan, dan kaitannya dengan program 
pemerintah. Data yang terdiri atas 21 halaman microsoft powerpoint ini 
dibuat oleh Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi 
Indonesia (KP3EI) dan diolah 
duniaindustri.com. (*)
12) Data Tren Harga dan Produksi Minyak Nabati Utama ini
 menampilkan tren harga dari minyak nabati utama (sawit, soybean, dan 
lainnya) periode 2008-2013. Selain itu ditampilkan data tujuan ekspor 
CPO Indonesia ke dunia, antara lain India 47%, Malaysia 14%, dan 
lainnya. Juga dibahas kendala dan tantangan industri CPO di Indonesia 
serta perbandingan dengan soybean, meliputi impor soybean Indonesia, 
harga soybean, produksi soybean dunia. Data yang terdiri atas 20 halaman
 microsoft powerpoint ini dibuat oleh lembaga riset, dan praktisi 
pertanian. (*)
13) Data Keseimbangan Pasokan-Kebutuhan Sawit dan Dampaknya ke Harga ini
 menampilkan perbandingan produksi dan ekspor CPO di Indonesia 
2008-2018. Selain itu, outlook produksi minyak mentah Indonesia 
2009-2020 yang menampilkan potensi penurunan produksi, sementara 
kebutuhan naik 4%-5% per tahun. Di 2020, impor minyak mentah Indonesia 
bisa mencapai 1 juta barel per hari. Karena itu, Indonesia harus 
mendiversifikasi produksi energi. Bagaimana caranya? Produksi biodiesel 
mesti ditambah. Juga ditampilkan data skenario pengubahan minyak mentah 
ke biodiesel. Data ini juga menggambarkan skenario untuk memproduksi 100
 ribu barel minyak mentah diperlukan 5,25 juta ton CPO per tahun atau 
5,8 juta kiloliter biodiesel dari 1 juta hektare lahan dan 1,57 juta 
pekerja. Data yang terdiri atas 18 halaman microsoft powerpoint ini 
dibuat oleh pelaku usaha dan produsen biodiesel dan diolah 
duniaindustri.com. (*)
14) Data Komprehensif Industri Biofuels dan Produk Hilir CPO ini
 menampilkan perbandingan populasi, PDB per kapita, konsumsi minyak, di 
Indonesia, AS, China, Eropa, dan Rusia. Selain itu, dijabarkan 100 
produk turunan CPO serta kapasitas produksi pengolahan, fractionation, 
dan modifikasi produk turunan CPO sejak 2011-2013. Ditampilkan juga 
kapasitas produksi oleokimia (fatty alcohol dan fatty acid) periode 
2004-201, kapasitas produksi biodiesel 2006-2013, proyeksi investasi 
hingga US$ 2,7 miliar, regulasi mandatori biodiesel. Ekspor CPO juga 
ditampilkan secara mendetail, dari mulai ekspor CPO, ekspor biodiesel, 
serta komparasinya dengan kebutuhan domestik periode 2009-2013. Data 
yang terdiri atas 20 halaman ini dibuat oleh Asosiasi Produsen Biofuel 
Indonesia (Aprobi) dan diolah 
duniaindustri.com. (*)
15) Data Peranan Industri Sawit sebagai Penghasil Devisa Ekspor ini
 menampilkan peranan industri minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) 
dalam struktur ekspor nasional, seiring terjadinya defisit neraca 
perdagangan yang melemahkan rupiah terhadap dolar AS. Data yang berisi 9
 halaman ini dilengkapi tabel dan grafis perkembangan nilai ekspor dan 
volume ekspor CPO serta produk turunannya dalam sepuluh tahun terakhir. 
Data ini berasal dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki),
 BPS, dan Bank Indonesia. (*)
16) Data Volume dan Nilai Ekspor CPO, Tarif Bea Keluar, HPE ini
 berisi tren volume dan nilai ekspor CPO dan produk turunannya, tarif 
bea keluar, harga patokan ekspor, harga Rotterdam per bulan selama dua 
tahun terakhir. (*)
Sumber: 
di sini
Lihat database lengkap, 
klik di sini
* Butuh data lebih spesifik, ingin request data/riset, 
klik di sini
** Butuh Content Provider Berkualitas, 
klik di sini