Perusahaan aplikasi transportasi online, Grab, menyatakan sepakat untuk mengakuisisi perusahaan startup pembayaran online di Indonesia, Kudo. Tidak tanggung-tanggung, nilai akuisisi tersebut diperkirakan lebih dari US$ 100 juta.
Kesepakatan tersebut menandai investasi perdana seiring rencana yang baru-baru ini diumumkan bahwa Grab berkomitmen untuk menggelontorkan dana US$ 700 juta di pasar Indonesia, seperti dilaporkan Reuters. Grab tidak mengungkapkan nilai kesepakatan itu. Namun, pada Februari lalu rencana Grab untuk mengambil alih Kudo diperkirakan senilai lebih dari US$ 100 juta, mengutip narasumber yang tidak disebutkan identitasnya.
Dalam keterangan tertulis, Ming Maa, President of Grab mengatakan, Kudo telah merevolusi cara konsumen Indonesia membayar barang dan jasa. Oleh sebab itu perusahaan menyambut baik kehadiran Kudo sebagai bagian dari keluarga Grab.
"Penggabungan solusi inovatif serta jaringan agen Kudo dengan basis pengguna GrabPay yang besar akan mendukung misi kami untuk menghadirkan solusi pembayaran non-tunai yang nyaman serta membuka peluang baru dalam meningkatkan pembelanjaan online di Indonesia," kata Ming Maa.
Setelah proses akuisisi rampung, tim dan platform Kudo akan terintegrasi secara penuh ke dalam ekosistem pembayaran milik Grab, GrabPay. Platform O2O Kudo yang unik memungkinkan konsumen Indonesia yang belum memiliki akses terhadap layanan perbankan untuk berbelanja online.
Hal ini dilakukan dengan cara menghubungkan para konsumen dengan pedagang dan penyedia jasa online melalui jaringan agen Kudo yang jumlahnya lebih dari 400.000 agen terdaftar dan tersebar di lebih dari 500 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia.
Keunggulan jangkauan GrabPay di kota-kota besar akan semakin diperkuat dengan jangkauan luas Kudo di kota-kota kecil di seluruh Indonesia. Grab berencana mendukung dan meningkatkan ekspansi jaringan agen Kudo di seluruh Indonesia serta memanfaatkan jangkauan Kudo untuk meningkatkan jumlah penumpang, mitra pengemudi dan pengguna GrabPay di platform Grab.
Albert Lucius, CEO Kudo, mengatakan Grab memiliki visi yang sama dengan Kudo, yaitu menciptakan solusi pembayaran bagi masyarakat yang belum memiliki akses terhadap layanan perbankan agar mereka dapat menikmati layanan e-commerce. "Kami bersemangat untuk memulai babak baru dalam perjalanan kami sebagai bagian dari tim Grab," ujarnya.
Dengan mengetahui bahwa GrabPay kini merupakan salah satu platform pembayaran yang paling banyak digunakan di Indonesia dia yakin akuisisi ini menciptakan sinergi yang bersifat segera bagi bisnis perusahaan.
"Sehingga kami tidak sabar untuk segera bekerja bersama dengan Grab dalam memberikan kemudahan dan kenyamanan bertransaksi non-tunai bagi setiap lapisan masyarakat di Indonesia," tuturnya.
Sebagai informasi, Kudo didirikan pada Juli 2014 oleh Albert Lucius, yang sebelumnya bekerja sebagai analis Goldman Sachs dan product engineer di Apple bersama dengan Agung Nugroho, yang sebelumnya bekerja sebagai konsultan di Boston Consulting Group.
Pendanaan yang didapatkan Kudo termasuk investasi dari EMTEK, East Ventures, GREE Ventures, Singapore Press Holdings, IMJ Investment Partners, 500 Durians, Beenext, dan SkyStar.
Akuisisi ini merupakan investasi pertama dari master plan 'Grab 4 Indonesia' 2020. Melalui master plan ini, Grab berkomitmen untuk menanamkan investasi sebesar US$700 juta untuk mengembangkan ekonomi digital di Indonesia melalui dukungan terhadap inovasi teknologi, 'technopreneurship' di bidang teknologi mobile dan keuangan, serta peningkatan akses masyarakat terhadap pembayaran mobile dan peluang pembiayaan.
Ekspansi GO-Jek
Sementara itu, rangkaian akuisisi GO-JEK terhadap perusahaan asal India ternyata belum berakhir. Setelah mengakuisisi C42 Engineering, CodeIgnition, dan Pianta, pada tanggal 8 November 2016 GO-JEK dikabarkan juga telah mengakuisisi perusahaan pengembang aplikasi yang berasal dari Pune, India, yaitu LeftShift Technologies.
LeftShift sendiri merupakan perusahaan yang didirikan pada tahun 2007 oleh Sudhanshu Raheja dan Abhinit Tiwari. Hingga kini, mereka telah membantu lebih dari 200 perusahaan untuk membuat aplikasi mobile, mulai dari BookMyShow, Practo, hingga Oyo.
GO-JEK merupakan salah satu klien dari LeftShift, sebelum akhirnya memutuskan untuk mengakuisisi perusahaan tersebut. Tidak disebutkan berapa nominal uang yang dikeluarkan GO-JEK dalam akuisisi ini.
Sidu Ponnappa, Managing Director dari GO-JEK Engineering India, menyatakan kepada Livemint kalau mereka masih terus mencari peluang “akuisisi talenta” (acquihire) di India.
“Prioritas kami adalah orang-orang yang punya pola pikir sebagai hacker, dan punya solusi untuk mengatasinya. Kami juga mencari orang yang bisa membangun teknologi baik dalam skala korporat maupun open source, serta melihat apakah yang mereka bangun sejalan dengan bisnis kami,” jelas Sidu.(*)
Sumber: klik di sini
* Butuh data industri dan riset pasar, total ada 131 database, klik di sini
** Butuh market intelligence atau competitor intelligence, klik di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar