Penjualan semen di Jawa Timur pada kuartal I 2017 mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 12,1% menjadi 2,23 juta ton dibanding periode yang sama 2016 sebanyak 1,99 juta ton. Pertumbuhan penjualan semen di Jawa Timur mendorong pasar semen di Pulau Jawa tumbuh positif 4,6% pada tiga bulan pertama 2017 menjadi 8,27 juta ton dari sebelumnya 7,91 juta ton, menurut data Asosiasi Semen Indonesia (ASI).
Peningkatan pasar semen di Jawa Timur juga mengimbangi pelemahan penjualan di daerah barat Pulau Jawa, yakni DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Tiga provinsi di daerah barat Pulau Jawa tersebut justru membukukan penurunan penjualan sepanjang kuartal I 2017. Pasar semen di Jakarta terkoreksi -4,5%, Banten turun -2,8%, dan Jawa Barat -0,4% sepanjang Januari-Maret 2017.
Dengan demikian, pasar semen di Jawa Timur menjadi primadona baru sepanjang kuartal I 2017 yang mencatatkan penjualan terbanyak secara provinsi di Indonesia, melampaui Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Meski demikian, total penjualan semen di Indonesia sepanjang kuartal I 2017 tercatat hanya tumbuh tipis sebesar 0,9% menjadi 14,75 juta ton dari sebelumnya 14,62 juta ton. Hal itu dipengaruhi pelemahan pasar di Sumatera (3,2%), Kalimantan (9,9%), dan Sulawesi (7,2%).
Di sisi lain, persaingan industri semen di Indonesia makin panas dan kritis. Bayangkan saja, kelebihan pasokan (oversupply) semen di Indonesia pada awal Maret 2017 diestimasi mencapai 50%, melampaui proyeksi awal dari Kementerian Perindustrian yang memperkirakan level oversupply hanya 38% pada 2018.
Menurut data yang diperoleh tim duniaindustri.com, kapasitas produksi semen saat ini telah menembus 93 juta ton, padahal demand hingga akhir 2016 hanya sebesar 62 juta ton. Itu berarti, separuh dari total kapasitas semen nasional berpotensi idle atau tidak terserap pasar domestik, jika tidak diekspor.
“Persaingan makin sengit. Oversupply ini terjadi karena kita terlambat investasi pada periode (pemerintahan lalu). Nah pas sekarang investasi, perekonomian melambat dan pemain baru bermunculan,” kata sumber duniaindustri.com dari kalangan pelaku industri semen.
Sebagai perbandingan, Kementerian Perindustrian memperkirakan kelebihan pasokan semen di Indonesia baru mencapai 38% pada 2018, meningkat dari level 37% pada 2016. Menurut Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono, kelebihan pasokan semen terjadi karena pertumbuhan kapasitas produksi melampaui kebutuhan dalam negeri.
“Persaingan industri semen akan semakin ketat, mengingat kapasitas produksi semen di Indonesia pada 2018 diperkirakan mencapai 106,3 juta ton, atau melebihi 38% dari kebutuhan nasional sebesar 66,2 juta ton,” ujar Achmad Sigit.
Kondisi kelebihan pasokan ini akan berdampak luas terhadap utilisasi pabrik, strategi pemasaran, strategi diversifikasi produk (ready mix and concrete products), efisiensi, kebijakan harga jual (pricing strategy), hingga mengarah pada isu konsolidasi pemain. Terbukti, tren penurunan harga telah mencapai dua digit terutama di daerah dengan permintaan besar dan tingkat persaingan tinggi, menurut pemantauan duniaindustri.com.(*)
Sumber: di sini
* Butuh riset pasar dan data industri, total ada 132 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence atau market intelligence, klik di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar