Senin, 30 Agustus 2021

Indeks Belanja Konsumen Mulai Terdongkrak Relaksasi PPKM

Duniaindustri.com (Agustus 2021) – Relaksasi kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dinilai cukup mujarab untuk mengangkat indikator belanja konsumen. Riset yang dilakukan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menunjukkan seiring dengan relaksasi PPKM, indeks belanja masyarakat menunjukkan tanda pemulihan. Pada pertengahan Agustus indeks frekuensi belanja mayarakan mulai naik ke level 97,3.



Teguh Yudo Wicaksono, Head of Mandiri Institute, mengatakan indeks nilai belanja masyarakat pada 1 Agustus 2021 turun tajam hingga ke level 73,3. Hal ini terjadi sebagai imbas dari pemberlakuan kebijakan PPKM sejak awal Juli 2021.

"Perbaikan juga akan terjadi pada indeks nilai belanja yang naik ke level 79,7. Dalam beberapa minggu ke depan, seiring dengan relaksasi PPKM , kami melihat bahwa tren pemulihan belanja akan terus berlanjut," ujar Teguh dalam siaran persnya, Senin (30/8).

Jika dilihat dalam lingkup provinsi, indeks nilai belanja di Jawa pada 15 Agustus berada di 73,4 naik dari 63,8 pada tanggal 1 Agustus 2021. Faktor lain yang mendorong kenaikan belanja di Jawa tampaknya juga menurunnya kasus positif Covid-19. Hal ini membuat masyarakat relatif lebih berani untuk melakukan aktivitas ekonomi.

"Sementara itu, indeks belanja di luar Pulau Jawa meski masih relatif tinggi menunjukkan tren yang menurun. Hingga 15 Agustus 2021, indeks belanja di luar Pulau Jawa berada di tingkat 86,4," ulasnya.

Dari tiga kelompok masyarakat yang dibagi berdasarkan penghasilan bawah, menengah dan atas, seluruhnya menunjukkan kenaikan dalam belanja masyarakat. Namun demikian belanja kelompok masyarakat menengah mengalami kenaikan drastis. Hingga tanggal 15 Agustus 2021, indeks belanja kelompok menengah yaitu mereka yang memiliki penghasilan sekitar Rp8,4 juta per bulan menunjukkan angka 110,5 persen. Artinya belanja kelompok ini sudah berada di tingkat sebelum pandemi Januari 2020.

"Sementara itu kelompok bawah juga mengalami kenaikan. Selain pelonggaran mobilitas, dukungan pemerintah terhadap kelompok ini dalam bentuk perlindungan sosial juga berdampak positif bagi kelompok bawah," pungkas dia.

Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan konsumsi rumah tangga Indonesia hingga akhir tahun hanya akan tumbuh di kisaran 2,2 persen sampai 2,8 persen karena adanya tekanan dari kebijakan PPKM di kuartal III-2021.

"Kalau dari komponen agregat konsumsi kita mungkin hanya akan tumbuh di kisaran 2,2 persen hingga 2,8 persen," katanya dalam Raker bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin.

Sri Mulyani menjelaskan konsumsi sempat melambung tinggi pada kuartal II yang didorong oleh adanya momentum Lebaran Idul Fitri dan Ramadhan namun kemudian turun karena penerapan PPKM level 3 dan 4 untuk menekan kasus COVID-19.

Ia berharap konsumsi pada kuartal III dapat dikejar dari sisa pekan pelonggaran PPKM yaitu dua pekan terakhir Agustus sekaligus September.

"Dua minggu terakhir ini kita harap mulai membaik, kegiatan ekonomi mulai bertahap normal lagi. Harus tidak boleh disertai kenaikan pandemi," tegasnya.

Di sisi lain, ia menegaskan pemerintah dan masyarakat harus tetap bersinergi menjaga agar pandemi tidak kembali melonjak sebab saat ini kasus COVID-19 di Wisma Atlet mulai menunjukkan peningkatan.

"Jadi kita harus tetap harus hati-hati tidak ada yang menjamin pertumbuhan akan bisa  continue  kalau kita tidak tetap menjaga dari sisi pada pandemi," tegasnya.

Menurutnya, jika kasus COVID-19 terkendali dan tidak ada pengetatan mobilitas sehingga konsumsi masyarakat membaik dengan dorongan momentum Natal dan Tahun Baru maka ekonomi tahun ini akan mencapai 3,7 persen sampai 4,5 persen. "Investasi sudah relatif membaik, kita coba jaga.Tapi jika operasi dari berbagai sektor produksi mengalami kendala tentu juga akan mempengaruhi investasi," ujarnya.(*/berbagai sumber/tim redaksi 08/safarudin/indra)

Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:

Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 235 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini

Database Riset Data Spesifik Lainnya:

  • Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 235 database, klik di sini
  • Butuh 25 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
  • Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
  • Butuh 11 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
  • Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
  • Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
  • Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
  • Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
  • Butuh copywriter specialist, klik di sini
  • Butuh content provider (online branding), klik di sini
  • Butuh market report dan market research, klik di sini
  • Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
  • Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customize direktori database perusahaan, klik di sini

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar