Pemain baru semen atau sering disebut new comers sejak 2015-2016 telah merebut sekitar 8%-9% pangsa pasar (market share) domestik, menurut perhitungan tim riset Duniaindustri.com. Dengan mengandalkan sistem distribusi yang dekat dengan pabrik serta diskon harga yang cenderung tinggi, pangsa pasar pemain baru semen mulai tumbuh dan membuat persaingan di pasar domestik lebih ketat.
Pemain baru semen itu antara lain Semen Merah Putih (Wilmar Group) di Banten, Jawa Barat, Anhui Conch Cement (Tiongkok) di Kalimantan Selatan, Jui Shin Indonesia di Jawa Barat, Semen Jawa (Siam Cement Group) di Sukabumi, dan Semen Bima di Banyumas. Mengantisipasi hal itu, pemain lama semen juga menyiapkan ekspansi untuk mempertahankan pangsa pasar.
Kondisi tersebut memicu persaingan pasar yang makin ketat seiring dengan perlambatan permintaan pasar sepanjang 2016. Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia (ASI) yang dikutip duniaindustri.com,
realisasi penjualan semen di Indonesia cenderung stagnan sepanjang 2016 mencapai 62 juta ton, dibanding 2015 sebesar 61,99 juta ton.
Sejumlah daerah yang terindikasi menjadi lahan pertempuran persaingan pasar antara pemain baru vs pemain lama cenderung menunjukkan penurunan permintaan. Sebut saja, pasar semen di dua daerah, yakni Kalimantan dan DKI Jakarta, anjlok paling dalam sepanjang 2016. Sepanjang tahun lalu, pasar semen di Kalimantan anjlok 12,3% menjadi 4,19 juta ton dan pasar semen di Jakarta terkoreksi -10,6% menjadi 4,77 juta ton dibanding 2015.
Sementara Sulawesi menjadi primadona baru pasar semen di Indonesia karena mampu mencetak pertumbuhan 13,2% menjadi 5,44 juta ton pada 2016 dibanding 2015 sebesar 4,8 juta ton. Pasar semen di Pulau Jawa secara total turun -2,1% menjadi 33,74 juta ton pada 2016 dibanding 2015 sebesar 34,45 juta ton, antara lain akibat penurunan di Jakarta (-10,6%), Banten (-9,2%), dan Jawa Barat (-6,3%). Jawa Tengah menjadi satu-satunya daerah di Pulau Jawa yang masih mencatatkan pertumbuhan penjualan semen di atas 5%, tepatnya 6,2% menjadi 7,79 juta ton pada 2016.
Jika penjualan semen domestik cenderung stagnan, berbeda halnya dengan ekspor. Ekspor klinker tumbuh fantastis sebesar 141,1% menjadi 1,07 juta ton pada 2016 dibanding 2015 sebesar 445 ribu ton, sementara ekspor semen turun tipis -5,8% menjadi 528 ribu ton tahun lalu.
Selain menurunkan permintaan di sejumlah daerah, persaingan antara pemain baru semen vs pemain lama semen juga memangkas harga jual, sebagai dampak lanjutan kompetisi pasar. Strategi penurunan harga juga dilakukan untuk mempertahankan pangsa pasar dari serbuan pemain baru.
Pada kuartal IV 2016, harga semen cenderung turun sekitar 7%-11% yang dipengaruhi persaingan ketat di sejumlah daerah terutama di dekat lokasi pabrik pemain baru. Harga semen produksi Semen Indonesia turun 7,7%, Tiga Roda milik Indocement turun 7,3%, dan Holcim turun 6,2%. Harga semen para pemain baru, seperti Siam Cement Group (SCG), Semen Merah Putih, Semen Bima, dan Garuda, juga turun dengan besaran lebih besar. Perinciannya, harga semen kantong seberat 50 kilogram (kg) turun 11% atau Rp 6.000-7.000 dan ukuran 40 kg mencapai 10% atau Rp 5.000.
Kelebihan Pasokan
Kementerian Perindustrian mengestimasi kelebihan pasokan semen di Indonesia pada 2018 naik menjadi 38% dari kapasitas nasional, cenderung meningkat dari level 37% pada 2016. Menurut Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono, kelebihan pasokan semen terjadi karena pertumbuhan kapasitas produksi melampaui kebutuhan dalam negeri.
“Persaingan industri semen akan semakin ketat, mengingat kapasitas produksi semen di Indonesia pada 2018 diperkirakan mencapai 106,3 juta ton, atau melebihi 38% dari kebutuhan nasional sebesar 66,2 juta ton,” ujar Achmad Sigit.
Menurut dia, perkiraan kelebihan pasokan semen pada 2018 lebih tinggi dibanding 2016. Tahun lalu, kapasitas produksi semen di Indonesia sebesar 95,5 juta ton, atau telah melebihi kebutuhan dalam negeri sebesar 60 juta ton. “Jadi ada selisih 35,5 juta ton atau 37% dari kapasitas yang merupakan kelebihan pasokan,” paparnya.
Duniaindustri.com menilai kelebihan pasokan semen itu terjadi seiring dengan gencarnya investasi pabrik baru baik dari pemain existing maupun pemain baru (new comer). Sementara pertumbuhan kebutuhan semen di Indonesia justru melambat akibat tekanan perlambatan ekonomi nasional serta stagnansi industri properti dan konstruksi.
Kelebihan pasokan semen sekitar 38% dari kapasitas 2018 terpaut cukup jauh dari posisi 2015 yang hanya oversupply sebesar 24% dari total kapasitas nasional, menurut perhitungan duniaindustri.com.(*)
* Untuk mengetahui pangsa pasar pemain baru semen secara detail, segera hubungi tim riset duniaindustri.com atau gunakan fitur detektif industri guna memperoleh jasa market intelligence sesuai kebutuhan Anda.
Sumber: di sini
** Butuh riset pasar dan data industri spesifik, klik di sini
persaingan makin panas dan cenderung saling 'sikut' di daerah tertentu
BalasHapus