Industri pulp Indonesia menduduki peringkat 9 dunia dan industri kertas berada di peringkat 6 dunia. Khusus di Asia, industri pulp dan kertas nasional menempati peringkat ke-3, menurut data duniaindustri.com dari Kementerian Perindustrian.
Peta industri pulp dan kertas dunia terus bergeser dari negara-negara di Amerika Utara dan Scandinavia (Eropa Utara) ke Asia termasuk Indonesia, negara-negara Asia Timur dan Amerika Latin.
“Kombinasi pergeseran dan prediksi kenaikan kebutuhan kertas dunia dari 394 juta ton menjadi 490 juta ton pada 2020, memberi peluang bagi kita untuk mengembangkan industri pulp dan kertas,” kata Menteri Perindustrian Saleh Husin dalam siaran pers kunjungannya ke pabrik OKI Pulp & Paper, di Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan.
“Dengan beroperasi pabrik PT OKI nanti, saya berharap industri pulp kita melompat naik ke ranking 6 dari posisi sembilan dunia,” kata Saleh.
Pabrik dan infrastruktur seluas 1.700 hektare ini memiliki kapasitas produksi sebesar 2 juta ton pulp dan 500 ribu ton kertas tisu per tahun. Mayoritas produksi akan diekspor dengan porsi pulp 80 persen dan kertas 95 persen. “Investasi kami sebesar Rp 40 triliun dan ekspor produk berpotensi menyumbang devisa US$ 1,5 miliar per tahun,” kata Direktur OKI Pulp & Paper Suhendra Wiriadinata.
Kebutuhan bahan baku akasia pabrik ini akan dipasok dari lahan hutan tanaman industri (HTI) seluas 472 ribu hektare yang berada di Ogan Komering Ilir dan Musi Banyuasin. “Kami harapkan pabrik beroperasi pada kuartal 3 tahun ini,” ujar Managing Director Sinar Mas, G Sulistiyanto.
Guna mendukung investasi tersebut, PT OKI mendapat fasilitas kemudahan impor barang modal dan penghapusan pajak badan dalam waktu tertentu (tax holiday) selama 8 tahun melalui KMK No. 803/KMK.010/2015.
Dirjen Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto mengatakan, pengembangan industri pulp dan kertas nasional dilakukan dengan pendekatan klaster industri, dengan inti industri kertas dan lokus pengembangannya di Pulau Jawa. “Sedangkan industri pulp diarahkan ke luar Pulau Jawa, khususnya Sumatera, Kalimantan dan Papua,” ujarnya.
Kemenperin, kata Panggah, mendorong pengembangan industri pulp yang terpadu dengan Hutan Tanaman Industri (HTI), terutama diarahkan ke kawasan timur Indonesia dengan harus memenuhi kaidah-kaidah pelestarian lingkungan. Pengembangan industri ini dirangsang dengan pemberian insentif melalui Tax Holiday ataupun Tax Allowance.
Saleh mengatakan, meskipun perekonomian dunia 2016 diperkirakan cenderung stagnan, industri pulp dan kertas nasional diprediksi akan tetap tumbuh sebesar 3-4 persen. “Produk pulp dan kertas merupakan salah satu komoditas yang akan terus dikonsumsi seiring dengan tumbuhnya populasi penduduk dunia,” ujarnya.
Kebutuhan kertas dunia diperkirakan akan tumbuh sebesar rata-rata 2,1 persen per tahun. Sedangkan kapasitas terpasang industri pulp dan kertas nasional masing-masing sebesar 7,932 juta ton/tahun pulp dan 12,986 juta ton/tahun kertas, dengan jumlah industri sebanyak 81 industri.
Ekspor pulp dan kertas masing-masing sebesar 3,5 juta ton pulp dengan nilai sebesar US$ 1,72 miliar dan 4,35 juta ton kertas dengan nilai sebesar US$ 3,74 miliar.(*)
Sumber: di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar