Selasa, 25 Mei 2021

April 2021, Konsumsi Listrik Kalangan Industri Melonjak Lebih dari 20%, Pertanda Apa?

Duniaindustri.com (Mei 2021) -- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memberikan pernyataan yang cukup menggembirakan bahwa kondisi perekonomian dan aktivitas industri pada April 2021 menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Hal itu ditandai oleh konsumsi listrik yang melonjak dari bulan-bulan sebelumnya, menyiratkan geliat industri menggenjot produksi.



Sri Mulyani menjelaskan secara tahunan total konsumsi listrik di bulan April 2021 tumbuh positif sebesar 6,3 persen, padahal bulan sebelumnya masih tercatat -6,3 persen. Hampir seluruh jenis pelanggan menunjukkan kenaikan konsumsi yang menjadi indikator recovery ekonomi.

Menurut dia, kelompok bisnis tumbuh 15,9 persen yoy lantaran beberapa pusat perbelanjaan sudah dibuka sehingga pengunjung mulai berdatangan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Sementara kelompok industri tumbuh lebih tinggi konsumsi listriknya mencapai 20,3 persen secara tahunan, menyusul mayoritas industri sudah mulai meningkatkan produksinya untuk merespons masuknya permintaan baru.

"Konsumsi listrik dari semua kelompok bisnis terlihat positif, yang tinggi kelompok B3 yang di atas 2.000 KVa. Ini menggambarkan seluruh sektor bisnis dari kecil ke besar semua meningkat konsumsi listriknya dan kegiatannya mulai berdegup lagi," kata Sri Mulyani, Selasa (25/5).

Sebaliknya, lanjut dia, pada periode itu konsumsi listrik untuk pelanggan rumah tangga mengalami penurunan atau tumbuh negatif 5,6 persen. Hal ini terjadi lantaran masyarakat sudah banyak yang mulai bekerja dari kantor work from office dan sekolah tatap muka. Penurunan konsumsi listrik pada rumah tangga pada April 2021 justru menunjukkan bahwa aktivitas masyarakat tidak lagi berada di rumah sekaligus menjadi tanda kegiatan ekonomi di luar rumah mulai terjadi.

"Karena masyarakat sudah mulai keluar rumah dan melakukan kegiatan bisnis, maka konsumsi rumah tangga mengalami penurunan tapi terkompensasi di tempat kerja (konsumsi listrik), ini kita bicara di bulan April, belum bicara Mei 2021," sambung Sri Mulyani.

Secara keseluruhan konsumsi listrik secara nasional masih tetap didominasi untuk kebutuhan rumah tangga yang mencapai 44,4 persen. Sementara untuk kegiatan bisnis 16,6 persen dan kegiatan industri mencapai 31,6 persen.

Hati-hati RUU KUP

Di sisi lain, Pakar Kebijakan Publik Achmad Nur Hidayat mengingatkan pemerintah untuk berhati-hati merancang RUU KUP karena kenaikan pajak berdampak buruk bagi pemulihan ekonomi dan sektor industri.

“RUU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (RUU KUP) yang didalamnya berisi kenaikan pajak PPN 15 persen dan tambahan layer baru PPh perorangan akan menambah beban masyarakat di tengah pandemi Covid19 dan menghambat pemulihan industri, pemerintah harus cermat,” ujar Achmad Nur Hidayat.

Achmad Nur Hidayat mengatakan bahwa kurva pemulihan ekonomi akan berlarut lama seperti huruf L, bila waktu pembahasan RUU reformasi pajak tersebut terlalu terburu-buru. “Alih-alih ingin menambah penerimaan negara, isu kenaikan pajak dalam draf RUU KUP malah menyebabkan pemulihan ekonomi tersendat. Kurva krisis ekonomi bisa berbentuk L daripada V, yang rugi bangsa semua,” ujar Achmad Nur Hidayat.

Dia berharap kebijakan pemerintah yang merencanakan kenaikan pajak harus dievaluasi sampai ekonomi pulih sebagaimana posisi sebelum Pandemi. Bila ekonomi Indonesia bisa pulih 2022, maka 2023 dinilai waktu yang tepat bicara RUU Reformasi Pajak.

“Pemerintah masih dapat melonggarkan defisit di atas 3% sampai 2022 sesuai UU No2/2020 sehingga tahun 2023 adalah waktu yang tepat bicara RUU KUP dan reformasi perpajakan, jangan bebankan pikiran rakyat dengan pajak, kita harus bijak di tengah tekanan ekonomi yang membesar dan resesi yang belum berakhir,” jelasnya.(*/tim redaksi 08/Safarudin/Indra)

Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:

Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 224 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini

Database Riset Data Spesifik Lainnya:

  • Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 224 database, klik di sini
  • Butuh 25 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
  • Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
  • Butuh 11 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
  • Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
  • Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
  • Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
  • Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
  • Butuh copywriter specialist, klik di sini
  • Butuh content provider (online branding), klik di sini
  • Butuh market report dan market research, klik di sini
  • Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
  • Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customize direktori database perusahaan, klik di sini


Tidak ada komentar:

Posting Komentar