Jumlah pemain industri semen di Indonesia bertambang signifikan dalam periode empat tahun terakhir, naik 111% sejak 2012 hingga 2016. Pada 2012, pemain industri semen baru berjumlah 9, namun pada 2016 jumlah tersebut meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 19 pemain, menurut penelusuran duniaindustri.com.
Hal tersebut diungkap oleh Direktur Keuangan PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) Mark Schmidt. “Apalagi sekarang di dalam negeri kompetitor semakin banyak. Di 2012 hanya 9 pemain industri semen, sekarang 19 pemain industri semen. Juga masih ada over capacity. Walaupun awal tahun ini dimulai dengan baik, tapi itu karena carry over (proyek) tahun lalu. Jadi penjualan akan tergantung dari realisasi proyek pemerintah, apakah nanti spending-nya akan lebih cepat, jadi susah memberikan kepastian. Mungkin sama seperti tahun lalu setelah lebaran baru akan terasa naik (penjualan),” paparnya.
Menurut dia, PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) tahun ini sepertinya lebih fokus untuk menggarap pasar ekspor. Pasalnya, pasar penjualan semen di dalam negeri tahun ini diperkirakan akan ada banyak tantangan. Holcim tengah mengincar dua negara untuk memperluas penjualan ekspornya yakni Sri Lanka dan Bangladesh. Saat ini, perseroan baru melakukan ekspor ke Australia.
“Kami tidak bisa sebutkan berapa angkanya. Tapi yang jelas kami akan lakukan optimasi produk agar bisa diterima di pasar ekspor,” tuturnya.
Mark mengatakan, produk-produk yang akan diekspor berasal dari pabrik Holcim Indonesia di Cilacap, Jawa Tengah. “Kami akan gunakan fasilitas produk regional,” imbuhnya.
Direktur Penjualan Holcim Indonesia Dion Sumedi menambahkan, kondisi berbeda justru terlihat di pasar dalam negeri yang dinilai akan semakin lesu dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sebab meskipun pemerintah tengah menggenjot pembangunan infrastruktur namun realisasinya belum maksimal.
“Pasar dalam negeri pertumbuhannya tidak seperti yang diharapkan, akan sangat challenging. Karena realisasi dari proyek infrastruktur pemerintah, belum terealisasikan sepenuhnya di lapangan. Proyek-proyek itu masih dalam perencanaan atau dananya yang masih belum turun. Dana desa juga belum keluar, program 1 juta rumah juga belum banyak terealisasi,” terangnya.
Bukan hanya itu, menurut Dion persaingan penjualan semen di Indonesia juga semakin ketat. Pasalnya pemain besar yang terjun di industri ini semakin bertambah. Sementara permintaan akan semen cenderung menurun, alhasil terjadi over supply di pasar.
Pasar Domestik Terdistorsi
Persaingan industri semen terutama untuk sejumlah merek di Pulau Jawa dan Kalimantan diperkirakan makin memanas seiring kehadiran pemain-pemain baru, menurut riset duniaindustri.com. Munculnya pemain-pemain baru berpotensi menggerus pangsa pasar pemain existing jika tidak diantisipasi dengan strategi yang tepat.
Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), pasar semen di Pulau Jawa pada 2015 mencapai 33,69 juta ton, turun 0,1% dibanding 2014 sebesar 33,73 juta ton. Pasar semen di Pulau Jawa berkontribusi 55,74% dari total pasar semen di Indonesia. Dari jumlah itu, pasar semen terbesar di Pulau Jawa terletak di Jawa Barat sebesar 8,93 juta ton atau setara 26,5% dari total pasar semen di Pulau Jawa. Setelah Jawa Barat, pasar semen terbesar kedua yakni Jawa Timur sebesar 8,1 juta ton, Jawa Tengah 7,12 juta ton, Jakarta 5,3 juta ton, Banten 3,28 juta ton, dan Yogyakarta 940 ribu ton.
Sementara pasar semen di Kalimantan pada 2015 mencapai 4,06 juta ton, atau setara 6,7% dari total pasar semen di Indonesia. Tahun ini sejumlah pemain baru akan merealisasikan pabrik baru dan mulai merambah pasar terutama di Pulau Jawa dan Kalimantan. Sebut saja, Semen Garuda, Semen Merah Putih, Semen Puger, Semen Bima, Semen Jawa akan meramaikan pasar semen di Pulau Jawa. Sementara Semen Conch akan memperketat persaingan semen di Pulau Kalimantan.
Berdasarkan kompilasi data duniaindustri.com, Pulau Jawa saat ini dikuasai dua produsen semen besar, yakni PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dengan pangsa pasar masing-masing sekitar 38,8% dan 37%. Begitu juga di Pulau Kalimantan, Semen Indonesia dan Indocement menguasai pangsa pasar masing-masing sekitar 51,6% dan 27,9%.
Kehadiran pemain-pemain baru dengan merek semen yang baru akan terus memanaskan kompetisi pasar dengan pemain existing, mengingat skala ekonomi dan perang harga dimungkinkan terjadi. Pemain baru diperkirakan menggencarkan promosi dan diskon harga terutama di daerah dekat pabrik untuk menopang pertumbuhan merek semen mereka. Hal itu tentu harus diantisipasi pemain-pemain existing.(*)
Sumber: di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar