Pada tahun lalu, PT Pupuk Kaltim mulai mengoperasikan pabrik Kaltim V yang merupakan pabrik pupuk terbesar di Asia Tenggara dan akan memperkuat posisi Indonesia di pasar pupuk internasional. Operasional pabrik baru itu diresmikan oleh Presiden Joko Widodo.
"Pabrik ini akan memperkuat posisi Indonesia di pasar internasional," kata Dirut PT Kalimantan Timur (PKT) Aas Asikin Idat.
Dia menjelaskan pihak konsorsium kontraktor PT IKPT-Toyo telah menyerahterimakan pabrik yang pembangunannya menelan dana US$ 576 juta. Kini pabrik tersebut, lanjut Aas, telah berproduksi dengan baik dengan kapasitas 825 ribu ton amoniak dan 1,5 juta ton urea per tahun, sehingga kapasitas produksi PKT bertambah kini bertambah menjadi 2,74 juta ton amoniak dan 3,43 juta ton urea.
Kaltim V, kata dia, menjadi pabrik pupuk hemat energi terbesar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Pabrik baru itu menghemat penggunaan gas sebesar 14 mmbtu dibandingkan pabrik yang ada sebelumnya. "Dengan asumsi harga gas tujuh dolar AS, kami bisa menghemat biaya bahan baku hingga Rp1,5 triliun per tahun," ujar Aas.
Pabrik baru itu menyerap tenaga kerja baru untuk operasional sebanyak 250 orang dan selama pembangunan mempekerjakan sekitar 6.000 orang.
Selain meresmikan pabrik Kaltim V, Presiden juga meresmikan pabrik asam fosfat II yang menelan investasi senilai US$ 203 juta milik PT Petrokimia Gresik (Petrogres), di Jawa Timur, untuk menekan impor bahan baku pupuk NPK.
PKT dan Petrogres merupakan anak perusahaan PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC), di samping tujuh BUMN lainnya yang tergabung dalam induk perusahaan pupuk itu.
Dirut PIHC Arifin Tasrif mengatakan banyak proyek-proyek investasi lainnya yang kini sedang dijajaki dan dalam pelaksanaan untuk menjadikan BUMN pupuk sebagai pemain internasional yang tidak hanya mampu mendukung kedaulatan pangan, namun juga mampu bersaing di pasar dunia.
Proyek yang akan dibangun itu antara lain pabrik asam fosfat dan asam sulfur di Bontang, Kaltim, senilai US$ 225 juta. Proyek tersebut merupakan kerja sama antara PKT dengan Jordan Phospate Mines Company yang penandatangan nota kesepahaman (MoU) dilakukan di hadapan presiden hari ini.
Selain itu, melalui PKT, PIHC juga akan membangun pabrik amonium nitrat senilai US$ 124 juta untuk industri pertambangan, konstruksi, dan pertahanan, bekerja sama dengan BUMN lain yaitu PT Dahana.
Pada kesempatan itu, Arifin juga melaporkan sejumlah proyek yang telah diselesaikan tahun ini antara lain pabrik NPK di Cikampek (PT Pupuk Kujang), pembelian kapal amoniak dengan kapasitas 13.800 ton melalui anak perusahaan PT PT Pupuk Indonesia Logistik, yang mampu menghemat biaya distribusi senilai dua juta dolar AS.
Sedangkan proyek yang masih berjalan saat ini di antaranya, proyek amurea II berkapasitas amoniak 660 ribu ton dan urea 570 ribu ton per tahun di Jawa Timur (Petrogres) dan pabrik Pupuk Pusri II B berkapasitas 660 ribu ton amoniak dan 907.500 ton urea per tahun di Palembang, Sumatera Selatan.
"Berbagai proyek tersebut adalah upaya kami untuk mendukung program pemerintah di bidang ketahanan pangan yang selaras dengan program Nawa Cita," kata Arifin.
Presiden Joko Widodo menegaskan keberadaan industri pupuk sangat penting untuk mendukung target pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pangan dan ekspor.(*)
Sumber: di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar